3 Pemain Denmark yang Pernah Bela Arsenal. Arsenal dan para pemain dari Denmark mungkin bukan kombinasi yang paling sering terdengar di Liga Inggris, namun hubungan keduanya telah menghasilkan beberapa kisah yang paling unik dan tak terlupakan. Seiring dengan santernya nama gelandang Christian Norgaard yang dikaitkan dengan The Gunners, menarik untuk menengok kembali jejak para pendahulunya dari negara Skandinavia tersebut.
Sebelum Norgaard berpotensi menjadi “Danish Dynamite” terbaru di London Utara, ada tiga nama yang telah lebih dulu mengukir cerita mereka sendiri dengan seragam Meriam London. Perjalanan mereka sangat kontras satu sama lain: dari seorang pahlawan tak terduga, talenta muda yang gagal bersinar, hingga seorang figur kontroversial yang membelah opini. Inilah kisah tiga pendahulu Christian Norgaard di Arsenal.
John Jensen: Pahlawan ‘Cult’ dengan Satu Gol Legendaris
Ketika membicarakan pemain Denmark di Arsenal, nama John “Faxe” Jensen hampir selalu muncul pertama kali. Ia adalah bagian dari sejarah klub yang unik, dikenang bukan karena puluhan gol, melainkan karena satu gol tunggalnya yang fenomenal.
Datang Sebagai Juara Eropa
Jensen didatangkan oleh manajer legendaris George Graham pada musim panas 1992. Ia datang dengan reputasi mentereng setelah menjadi pahlawan kemenangan Denmark di Euro 1992, di mana ia mencetak gol pembuka di final melawan Jerman. Ekspektasi publik Highbury pun melambung tinggi. Mereka berharap mendapatkan seorang gelandang produktif yang mampu menjadi mesin gol dari lini kedua.
Selama empat musim, Jensen menjadi pekerja keras di lini tengah Arsenal. Ia adalah bagian dari skuad yang memenangkan Piala FA dan Piala Liga pada tahun 1993, serta Piala Winners UEFA pada tahun 1994. Namun, satu hal yang ditunggu-tunggu tak kunjung tiba: golnya di liga.
Satu Gol yang Abadi
Penantian itu akhirnya berakhir pada 30 Desember 1994, dalam pertandingannya yang ke-98. Melawan Queens Park Rangers, Jensen melepaskan tembakan melengkung indah dari luar kotak penalti yang menghujam gawang lawan. Seluruh stadion bergemuruh, bukan hanya karena golnya yang indah, tetapi karena penantian panjang itu akhirnya usai. Gol itu begitu melegenda hingga para penggemar membuat kaus bertuliskan “I saw John Jensen score”. Meskipun hanya mencetak satu gol, etos kerja dan momen ikonik tersebut menjadikannya seorang pahlawan cult yang dicintai oleh para Gooners.
Sebastian Svard: Talenta Muda yang Redup di Tengah Persaingan
Kisah yang sangat berbeda dialami oleh Sebastian Svard. Ia datang ke Arsenal pada tahun 2000 sebagai seorang talenta muda yang sangat menjanjikan dari akademi Kjobenhavns Boldklub. Di era Arsene Wenger yang terkenal piawai mengorbitkan pemain muda, ada harapan besar Svard akan menjadi bintang masa depan.
Harapan dari Akademi
Svard adalah seorang gelandang bertahan yang memiliki visi bermain dan kemampuan tekel yang baik. Ia menunjukkan potensi besar di level junior dan beberapa kali mendapatkan kesempatan tampil di tim utama, terutama di ajang Piala Liga. Namun, langkahnya untuk menembus tim inti secara reguler terhalang oleh tembok yang sangat kokoh.
Tersisih oleh Para Bintang
Pada era tersebut, lini tengah Arsenal dihuni oleh nama-nama legendaris seperti Patrick Vieira, Gilberto Silva, dan Edu. Persaingan yang begitu ketat membuat Svard kesulitan mendapatkan menit bermain. Untuk memberinya pengalaman, Arsenal meminjamkannya ke beberapa klub seperti FC Copenhagen, Stoke City, dan Brondby. Sayangnya, serangkaian masa peminjaman itu tidak cukup untuk meyakinkan Wenger. Svard akhirnya meninggalkan Arsenal secara permanen pada tahun 2006 tanpa pernah benar-benar meninggalkan jejak yang signifikan. Kisahnya menjadi pengingat pahit bahwa bakat besar sekalipun bisa meredup jika tidak diimbangi dengan kesempatan.

Nicklas Bendtner: ‘Lord’ Kontroversial yang Penuh Percaya Diri
Jika ada pemain yang ceritanya paling berwarna dan membelah opini, dia adalah Nicklas Bendtner. Bergabung dengan akademi Arsenal pada usia 16 tahun, Bendtner adalah paket lengkap dari potensi besar, momen-momen brilian, dan kontroversi tak berujung.
Potensi dan Gol-Gol Penting
Tidak ada yang meragukan bakat alami Bendtner. Dengan postur menjulang, kemampuan duel udara yang hebat, dan teknik yang baik, ia memiliki semua atribut untuk menjadi penyerang top. Ia mencetak 45 gol dalam 171 penampilan, termasuk beberapa gol krusial. Salah satu yang paling dikenang adalah gol sundulan kemenangan melawan rival abadi Tottenham Hotspur, hanya beberapa detik setelah ia masuk sebagai pemain pengganti. Ia juga pernah mencetak hat-trick di Liga Champions melawan FC Porto.
Baca juga: Mimpi AC Milan Datangkan Gonçalo Ramos Kandas
Julukan ‘Lord’ dan Citra di Luar Lapangan
Namun, karier Bendtner di Arsenal lebih sering diasosiasikan dengan citranya di luar lapangan. Tingkat kepercayaan dirinya yang luar biasa tinggi, yang terkadang dianggap sebagai arogansi, membuatnya menjadi figur yang sangat dikenal. Ia pernah menyatakan bahwa ia akan menjadi salah satu penyerang terbaik di dunia, sebuah klaim yang membuatnya mendapat julukan “Lord Bendtner” dari para penggemar. Kepribadiannya yang eksentrik dan beberapa insiden di luar lapangan sering kali menutupi performa apiknya. Pada akhirnya, Bendtner adalah enigma; seorang pemain yang punya talenta untuk menjadi hebat, tetapi kariernya tidak pernah benar-benar mencapai potensi maksimal.
Kini, jika Christian Norgaard benar-benar merapat ke Emirates Stadium, ia akan menapaki jejak yang ditinggalkan oleh tiga karakter yang sangat berbeda. Pertanyaannya adalah, warisan seperti apa yang akan ia ciptakan? Apakah ia akan menjadi pekerja keras yang dicintai, talenta yang terlupakan, atau figur ikonik dengan caranya sendiri? Hanya waktu yang akan menjawab. Rasakan keseruan bermain indocair situs gaming online resmi hari ini!

